Perdana Menteri Iran Dibunuh di Istana Kehakiman, Keamanan Nasional Terancam

Perdana Menteri Iran Dibunuh di Istana Kehakiman, Keamanan Nasional Terancam

Iran diguncang oleh peristiwa mengejutkan pada Selasa pagi, 1 Juni 2025, ketika Perdana Menteri Mohammad Reza Ahmadi tewas dalam sebuah serangan bersenjata di kompleks Istana Kehakiman di pusat kota Teheran. Serangan tersebut tidak hanya mengejutkan warga Iran tetapi juga meningkatkan kekhawatiran tentang stabilitas politik dan keamanan nasional negara tersebut.

Menurut laporan resmi dari kantor berita IRNA dan pernyataan dari Kementerian Dalam Negeri Iran, serangan terjadi sekitar pukul 10:15 waktu setempat saat Perdana Menteri tengah menghadiri sidang khusus bersama sejumlah pejabat tinggi kehakiman. Seorang pria bersenjata, yang diduga telah menyusup sebagai staf administratif, melepaskan tembakan dari jarak dekat dan menewaskan Perdana Menteri di tempat.

Pelaku kemudian ditembak mati oleh petugas keamanan setelah baku tembak singkat. Sedikitnya lima orang lainnya terluka dalam insiden itu, termasuk seorang hakim senior dan dua petugas keamanan.

Identitas Pelaku dan Motif Masih Diselidiki

Hingga saat ini, aparat keamanan Iran belum mengungkapkan identitas lengkap pelaku, namun Menteri Dalam Negeri Ahmad Vahidi menyatakan bahwa penyelidikan awal menunjukkan kemungkinan keterkaitan pelaku dengan jaringan ekstremis yang menentang kebijakan pemerintah terbaru terkait reformasi ekonomi dan peradilan.

“Kami menghadapi situasi darurat nasional. Ini adalah serangan terhadap simbol negara dan stabilitas Republik Islam Iran,” kata Vahidi dalam konferensi pers darurat.

Pihak berwenang langsung memperketat pengamanan di seluruh penjuru Teheran, termasuk menutup akses ke beberapa kantor pemerintah dan menerapkan pengawasan ketat di area strategis. Pasukan Garda Revolusi dilaporkan juga dikerahkan untuk mengamankan gedung-gedung vital.

Reaksi Nasional dan Internasional

Kabar pembunuhan Perdana Menteri Ahmadi memicu gelombang duka dan kemarahan di seluruh Iran. Ribuan warga turun ke jalan dalam aksi solidaritas yang spontan, membawa poster dan foto sang perdana menteri, yang dikenal luas karena gaya kepemimpinan moderat dan agenda reformisnya.

Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dalam pidato berkabung di televisi nasional, menyebut insiden tersebut sebagai “konspirasi terencana untuk melemahkan Iran dari dalam,” dan berjanji akan membalas pihak-pihak yang bertanggung jawab.

Dari luar negeri, berbagai pemimpin dunia menyampaikan belasungkawa. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyerukan penyelidikan menyeluruh dan mengingatkan bahwa “kekerasan politik hanya akan memperdalam konflik dan perpecahan.” Sementara itu, Amerika Serikat dan Uni Eropa menyatakan keprihatinan atas potensi ketidakstabilan regional yang bisa muncul akibat pembunuhan ini.

Dampak Terhadap Keamanan Nasional

Pembunuhan seorang perdana menteri di dalam salah satu institusi tertinggi negara memunculkan pertanyaan serius tentang efektivitas sistem keamanan Iran. Para analis menilai bahwa insiden ini dapat memicu krisis politik dalam negeri, memperkuat posisi kelompok konservatif garis keras, dan menunda agenda reformasi yang telah dirintis Ahmadi sejak menjabat pada 2023.

Selain itu, potensi eskalasi kekerasan dari kelompok oposisi bersenjata dan tekanan eksternal dari rival geopolitik Iran juga menjadi faktor yang diperhatikan.

Penutup

Kematian tragis Perdana Menteri Mohammad Reza Ahmadi menjadi pukulan telak bagi Iran, baik secara politik maupun simbolis. Ke depan, negara ini menghadapi ujian berat: menjaga stabilitas, mencegah kekacauan lebih lanjut, dan memastikan bahwa tragedi ini tidak membuka jalan bagi siklus kekerasan politik yang lebih luas.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *